
David langsung berjalan menuju kerumah yang dimaksud. Sekarang elu pada buka tuh mata lebar-lebar" kata David kemudian. Selembar uang kertas lima ribuan langsung dikibas-kibaskan didepan kedua mata David.

Dia langsung cepat-cepat merogoh kantong celananya. Kalau melihat tampang elu sih, kayaknya gua ragu" "Heit tunggu dulu" ujar Syarif. "Siapa bilang, kalau perlu, ceban juga hayo" jawab Bagong tak mau kalah. Iya kan, gong?" balas David dengan sedikit menekan. "Goceng?"potong Bagong cepat "Wah gua udah bisa beli mensen tuh" "Ha-alah, bilang aja kalau elu takut jatuh miskin. Teman kami yang satu ini memang sedikit nekat untuk urursan wanita. Sejenak aku, Bagong dan Syarif hanyut dalam kebingungan. Elu mau masuk kerumah itu perempuan?" jawabku cepat. "Sekarang begini aja" ujar David kemudian "Elu pada berani taruhan berapa, kalau gua bisa masuk kerumah tuh wanita?" "Elu itu udah gila kali ya, vid. Aku memang sering mengamati paha siDina teman kelasku dulu secara sembunyi-sembunyi. Didalam hati aku memang mengaukui kalau saat itu paha Dina yang panjang dan mulus telah membuat tongkat kemaluanku berdiri tegak tanpa bosan. Aku sendiri hanya bisa tersipu malu mendengarnya. Bukannya dicari, ya kan mam?" tanya Bagong kepadaku. "Ha-alah, enggak usak munafik deh mam, elu juga ngaceng kan, waktu melihat roknya siDina kebuka di kelas. Makanya gua tahu disana ada mangsa" jawab David dengan lagi-lagi menunjuk ke arah kemaluannya. "Jadi sekarang elu lagi ngaceng, nih?!" tanya Syarif yang sedari tadi hanya bisa tenggelam dengan pikiran-pikirannya. "Kalau gua udah ngaceng, perempuan diseberang planet juga bisa gua lihat" kata David dengan senyum penuh nafsu. dibawah sini" jawab David sambil menunjuk-nunjuk kearah kemaluannya. apa teropong" "Wah, kalau untuk urusan wanita kita nggak pake mata lagi, men. bisa-bisanya elu nilai perempuan dari jarak jauh begini-ini" sambung Bagong "Itu mata. Elu kagak lihat bagaimana bongsornya bodi tuh wanita?" balasnya cepat.

Kenapa sih elu tiap lihat perempuan mata elu langsung melotot kayak begitu?" tegurku. Ternyata disana kulihat ada seorang wanita dengan mengenakan rok mini baru saja keluar meninggalkan mobilnya untuk membuka pintu pagar rumah. Matanya tertuju kesatu rumah dengan tajamnya. Secara tiba-tiba David menepuk pundakku dengan keras. Mulanya aku dan Bagong sedang asyik bercanda, tertawa cekikikan seperti biasa sementara Syarif mendengarkan dengan wajah dingin membeku. Komplek perumahan yang biasa kami lewati saat pulang menuju kerumah masing-masing. Kebiasaannya untuk tak melewatkan barang sedetikpun perhatiannya terhadap keindahan wanita membawa aku, Syarif dan Bagong kesebuah rumah di komplek pemukiman Griya Permai. Semuanya bermula dari selera siplayboy David terhadap perempuan.

Hal ini jugalah yang membawa aku dan teman-teman yang lain kedalam sebuah pengalaman yang tak terlupakan bagi kami saat duduk dibangku SLTP dulu. Sementara David senang dengan cewek yang agresif dan periang, wajah rupawan bak-Tamara Blezinsky layaknya. Aku senang dengan cewek yang kalem, seperti putrid solo layaknya dengan wajah manis bersahaja.

Gila memang, walaupun secara jujur buatku seleranya sangat berbeda. Hampir tiap minggu selalu tampil cewek dengan wajah baru disampingnya. Temanku yang satu ini tergolong pria playboy. Terlebih mengingat usianya yang hanya terpaut tiga bulan lebih muda dariku. Walaupun kulitnya terbilang gelap, hidung besar dan pesek tapi pengetahuannya tentang wanita terbilang banyak. Aku memang tidak seperti David, salah satu temanku yang biasa pulang bersama-sama selepas sekolah usai. Di kelas aku tergolong anak yang pendiam walaupun sering juga mataku ini melirik pada keindahan wajah teman-teman wanita dikelasku waktu itu. Aku tidak terlalu tahu banyak tentang wanita saat itu. Usiaku masih terbilang hijau, sekitar tiga belas tahun. Di saat aku dengan teman-teman yang lain biasa pulang sekolah bersama-sama. Cerita Nafsu Birahi - Aku masih duduk di bangku SLTP saat itu.
